Tentang SURYA KIRANA


 
Sanggar Surya Kirana didirikan oleh Alm. Bapak S.Kardjono. Beliau adalah salah satu dari sekian banyak seniman tari yang konsisten memperjuangkan hidup dan berkembangnya tari klasik gaya Yogyakarta di Jakarta. Dengan kondisi kehidupan sosial masyarakat Jakarta tentu saja bukan hal yang mudah memperkenalkan tari klasik gaya Yogyakarta. Akan tetapi  hal tersebut dapat diantisipasi oleh Bapak S.Kardjono dengan cara pemadatan materi tari dan sedikit mempercepat irama gending iringan tari tersebut.
Nama Surya Kirana diambil dari nama kedua putri dan putra beliau yaitu Kirana dan Surya yang kemudian dibalik menjadi SURYA KIRANA. Hingga beliau wafat tahun 2004 tidak pernah ditemukan jawaban kapan sanggar tersebut didirikan. Nama sanggar tersebut dipergunakan ketika beliau mendapat panggilan pekerjaan yang datang langsung kepada beliau tanpa melibatkan instansi, lembaga atau perkumpulan tempat dimana beliau mengajar seperti Institut Kesenian Jakarta, Lembaga Indonesia Amerika, Ratna Budaya, Kridha Beksa Wirama, Departemen Transmigrasi, Candra Adisari, Pametri Kabudayan Mataram (PAKEM) dan beberapa tempat lain.

 

Atas dasar rasa berkewajiban melanjutkan perjuangan yang telah dirintis oleh bapak S.Kardjono, pada tahun 2005 Surya Kirana dibangun kembali keberadaannya oleh Tatik Kartini Mustikahari, Spd yang notabene adalah sebagai murid dan asisten dari bapak S.Kardjono. Bertempat di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta Taman Mini Indonesia Indah dengan jumlah siswa tiga orang, satu tahun kemudian bertambah menjadi enam orang. Karena satu dan lain hal maka pada bulan Juli 2006, Sanggar Surya Kirana pindah lokasi ke Museum Perangko Indonesia TMII, pada tahun tersebut Sanggar Surya Kirana memiliki murid tujuh orang yang ditangani oleh dua pelatih yaitu Tatik Kartini Mustikahari, Spd. dan Dra. Ida Riyani.
Hal ini mendapat sambutan baik dari kepala museum dan secara kuantitas anggota sanggar meningkat dengan pesat hingga mencapai dua puluh tujuh orang untuk kelas dewasa dan lansia, serta dua puluh orang untuk kelas anak-anak dan remaja.
Melihat keberadaan tari klasik gaya Yogyakarta di Jakarta yang sangat memprihatinkan semenjak meninggalnya bapak S.Kardjono, munculah ide Sanggar Surya Kirana untuk menyelenggarakan latihan bersama setiap tiga bulan sekali. Hal ini terinspirasi dari kegiatan MASTARYO (Masyarakat Tari Yogyakarta) yang melaksanakan latihan bersama dan bergilir setiap satu bulan sekali di Yogyakarta. Gagasan ini mendapat sambutan baik dari berbagai pihak dan pada tanggal 16 April 2010 terselenggara latihan bersama yang pertama diprakarsai oleh Sanggar Surya Kirana. Kegiatan tersebut hingga saat ini telah berjalan hingga saat ini. Hal ini berkat dukungan seluruh Masyarakat Tari Yogyakarta di Jakarta.
Di akhir tahun 2011 sanggar Surya Kirana membuka kelas putra dengan pelatih bapak Koko Sudarmadji, SSn. Setelah beliau wafat pada bulan Juli 2017, pelatih kelas putra dilanjutkan oleh bapak Mulyono, S.Pd.
Pada perjalanannya, sanggar Surya Kirana selalu bergabung dengan sanggar lain untuk mengadakan produksi pementasan. Beberapa sanggar yang pernah bergabung antara lain Paguyuban Guntur Mataram, Sanggar Ardanari, Diklat Tari Anjungan Yogya TMII, Seni Budaya TMII, Laksita Mardawa dan Swargaloka Art Department. 
Melalui latihan bersama, block Olied Manggala Sakti dan kerjasama dengan beberapa sanggar lain maka Sanggar Surya Kirana sedikit demi sedikit mulai dikenal khalayak dan dapat menjaring kembali siswa-siswi bapak S.Kardjono yang telah puluhan tahun berpencar.